Perayaan Tahun Baru = Fakta Paganisme Matahari

Fakta akan adanya pandangan paganisme matahari dalam kehidupan masyarakat modern justru lebih primitif dari tuduhan yang selama ini dilontarkan kepada para penyembah matahari kuno dengan mitologi matahari sebagai dewa. Jika dulu matahari itu merupakan mitos dewa yg disembah, saat ini matahari telah menjadi fakta benda yang disembah

POLITIK INDONESIA...!!!

Politik memang gila. Kebaikan disebut pencitraan; kejahatan dianggap wajar. Hukum yang bisa dibeli pun dibiarkan untuk ditegakkan. Kenapa bisa seperti itu? Karena politik adalah kekuasaan. Akademisi men-sah-kannya dengan sebuah defenisi: politik adalah ilmu bagaimana mendapatkan, menjalankan, dan mempertahankan kekuasaan.

Negri ini bukan jenjang karier politik yang baik buat selebritis

Apa yang terjadi dan terlihat oleh kita secara keseluruhan kalangan artis yang masuk dalam kancah politik dalam berbagai lembaga negara di tanah air kita?

Ganyang Koruptor

Tindak pidana korupsi memang sulit diberantas mengingat tindakan ini hanya dilakukan oleh orang-orang yg duduk di pemerintahan baik di kalangan eksekutif,legislatif,maupun yudikatif,yaitu mereka yg memiliki kewenangan mengunakan uang negara atau uang rakyat.

Benarkah Presiden dan Wakil Presiden kebal hukum ??

Dalam hukum konstitusi, terhadap warga negara istimewa penyelidikan itu adalah hak DPR, kami tidak berwenang

Selasa, 01 Januari 2013

POLITIK INDONESIA

 gambar : Niniloro Moto

Politik memang gila. Kebaikan disebut pencitraan; kejahatan dianggap wajar. Hukum yang bisa dibeli pun dibiarkan untuk ditegakkan. Kenapa bisa seperti itu? Karena politik adalah kekuasaan. Akademisi men-sah-kannya dengan sebuah defenisi: politik adalah ilmu bagaimana mendapatkan, menjalankan, dan mempertahankan kekuasaan.
Saya bukan akademisi politik, bukan pula politikus. Tapi saya sangat paham bahwa politik itu berasal dari bahasa Yunani, politicos, yang berarti segala sesuatu yang menyangkut warga negara. Itu berarti, defenisi politik adalah dari warga, oleh warga, dan untuk warga. Sederhana.
Di Indonesia, politik itu berkiblat ke defenisi apa, warga atau kekuasaan? Secara ritual masih kepada warga, tapi secara proses masih kepada kekuasaan. Warga bisa berpesta dengan pemilu langsungnya, tapi kekuasaan tetap mekar melalui partai dan para pejabat: legislatif dan eksekutif.
Apapun defenisi yang kita ambil, faktanya: warga bisa dibeli, kekuasaan bisa dibeli. Kalau begitu, politik adalah bisnis; adalah uang. Sebagaimana kata bijak: kalau uang mulai berbicara, malaikat pun mulai mendengar.

Oleh :Fachrul Khairuddin

Perayaan Tahun Baru; Fakta Paganisme Matahari Terbesar Abad Ini

Tanpa sedikitpun bertujuan mendiskreditkan kalender masehi, diakui atau tidak, matahari merupakan sebuah fakta terjadinya waktu, bentuk, warna dan seluruh proses kehidupan makhluk di bumi ini. Bintang tersebut telah memunculkan mekanisme besar kehidupan di planet-planet yang mengelilinginya yang salah satunya adalah bumi. Sistem pertumbuhan dan usia makhluk hidup diukur dan dipengaruhi olehnya. Cahaya matahari telah membuat segala bentuk dan warna menjadi terlihat. Kegelapan dihempaskan oleh cahayanya. Seluruh aktifitas makhluk bersumber dan digerakkan olehnya. Sungguh besar peran matahari bagi kehidupan seluruh makhluk di bumi ini.
Dari matahari hitungan tahun muncul. Tahun adalah salah satu hitungan waktu dari sekian banyak hitungan. Jika dirunut, hitungan waktu mulai dari yang terkecil sampai yg terbesar terdiri dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Hitungan tahun dalam bahasa singkatnya kita sebut sebagai kalender. Jika ditilik dari model hitungannya, kalender ini sangat beraneka macam dan menjadi semacam “tanda” bagi suatu peristiwa yang dianggap besar oleh kelompok atau komunitas tertentu.
Dari penghitungan tahun, tersebutlah catatan-catatan sejarah yang dikemudian hari dijadikan “point pengingat” agar kesan-kesan itu muncul kembali setidaknya dalam imajinasi seseorang yang mengikatkan dirinya pada sesuatu yang diyakininya. Kesan itu disebut momentum, hari raya/hari besar, atau dalam bahasa ilmiahnya disebut sejarah. Di antara kesan itu, ada yang mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap sesuatu, berharap akan sesuatu, menghindari sesuatu, memotivasi utk sesuatu, dll.
Coba kita giring kesadaran kita sedikit saja tentang bahwa waktu hanyalah asumsi-asumsi dasar manusia yang sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia yang membuat konsep hitungan, lalu dia ikat sendiri dirinya pada konsep itu, dan membuat “kejutan-kejutan” berdasarkan konsep itu. Walhasil, harapan dan ketakutan manusia pada azalinya hanyalah rekayasa dari, oleh dan kepada dirinya sendiri.
Tahun baru memunculkan harapan, cita-cita, mimpi dan rencana yang (dalam motivasi terbesarnya) harus lebih baik dari tahun yang lama. Padahal munculnya tahun baru dan tahun lama sungguh hanyalah persepsi yg dibuat oleh manusia sendiri. Harapan dan motivasi yg muncul pun sangat ditentukan oleh karena munculnya rupa, bentuk dan warna. Padahal semua itu ditentukan, dimunculkan, didorong dan diikat oleh satu benda bercahaya yang disebut matahari.
Masyarakat modern sering mengatakan bodoh atau primitif sambil mencemooh tentang mereka, para penyembah matahari di zaman kuno. Mereka mengatakan bahwa para penyembah matahari itu adalah fakta dari kaum yg terbelakang, lemah mental, dan tidak memiliki intelijensia tajam. Hah, tanpa sadar masyarakat modern telah menunjuk dan menuding batang hidungnya sendiri. Justru, paganisme matahari di abad ini semakin merajalela hingga menjadi penyakit yg sangat akut dan seolah sulit dihindarkan. Tanpa terkecuali, semua pergerakan benda di planet ini, dari yang terkecil hingga yg terbesar dikendalikan oleh matahari. Motivasi dan tarikan hawa nafsu yg immateril itu pun disebabkan oleh matahari. Kegiatan-kegiatan rutin dan kita anggap normal pun digerakkan oleh matahari. Walhasil, seluruh kegiatan makhluk (hidup dan tidak hidup), baik langsung ataupun tidak langsung, telah digerakkan oleh matahari, baik cahayanya, radiasinya, ataupun gaya yg ditimbulkannya.
Terbentuknya waktu oleh matahari telah menimbulkan dampak dan konsekwensi-konsekwensi yang tidak bisa dihindari oleh makhluk. Salah satu contoh, adanya pertumbuhan makhluk hidup dari kelahirannya, pertumbuhannya (kecil, besar, tua) hingga kematiannya, selain terpengaruh oleh sinar ultraviolet, hitungan umurnya pun berdasarkan hitungan waktu yg terporos pada matahari. Selain itu, pola hidup yg muncul dan dibentuk berdasarkan sistem waktu pun telah menjadikan manusia seperti robot, seperti mesin. Manusia mendasarkan nilai pada kedisiplinan waktu untuk meraih atau menjadi sesuatu, bukan pada kesadaran akan esensi yang muncul di balik sistem waktu. Kedisiplinan kepada waktu justru dimotivasi oleh kesuksesan yg sifatnya nisbi dan sangat materil. Karena itu, justru tindakannya bersifat pragmatis dan tidak disebut sebagai menghargai waktu. Bahwa kedisiplinan terhadap waktu merupakan nilai esensil pengetahuan dan kesadaran terhadap terbentuknya waktu itu sendiri. Dari sinilah munculnya sumber seluruh ilmu pengetahuan.
Kemudian, munculnya segala macam penampakan akibat terangnya sinar matahari telah membentuk motivasi terbesar manusia. Harapan dan ketakutan terbentuk karenanya. Misalnya, motivasi hidup umumnya manusia di abad sekarang bukan lagi sekedar hidup (yang apa adanya), tetapi sudah melampaui dari motivasi dasarnya sebagai makhluk manusia yang seharusnya hidup. Ukuran materi dan penampakan lahiriyah menjadi parameter kesuksesan. Bahwa ada esensi yg lebih penting dari sekedar materi itu sendiri telah hilang oleh motivasi yg muncul di dalam dirinya sendiri seiring hilangnya pandangan terhadap nilai. Kehidupan yg bernilai menjadi tidak penting. Bukankah semua ini gara-gara pantulan cahaya matahari yg kemudian memunculkan segala macam penampakan, baik bentuk ataupun warna. Akibat penampakan itu muncullah motivasi hingga menjadi paradigma besar dan menjadi semacam “kepercayaan” yang kuat “religion behind reality” bagi kebanyakan orang. Bayangkan jika tidak ada pantulan cahaya matahari, masih bisakah manusia memunculkan motivasi…?
Tulisan ini tidak mengajak para pembaca sekalian untuk meninggalkan fakta kebergantungan makhluk terhadap matahari. Kesimpulan itu sangatlah bodoh dan dangkal. Tetapi sekedar memunculkan sebuah kesadaran tentang betapa hebatnya pengaruh matahari bagi kehidupan ini, agar setelah itu, justru kita harus menghindari diri dari fakta yang memunculkan motivasi untuk menjadi penyembah matahari, yakni kehidupan pragmatis untuk meraih dan menjadi sesuatu yang dipersonifikasikan oleh dirinya sendiri. Harapan dan ketakutan justru karena matahari, baik langsung ataupun tidak langsung. Hanya itu.
Walhasil, fakta akan adanya pandangan paganisme matahari dalam kehidupan masyarakat modern justru lebih primitif dari tuduhan yang selama ini dilontarkan kepada para penyembah matahari kuno dengan mitologi matahari sebagai dewa. Jika dulu matahari itu merupakan mitos dewa yg disembah, saat ini matahari telah menjadi fakta benda yang disembah. Mari berwaspada ria bersama!!! Allahu A’lam bishawabih

oleh : Ahmad Baihaqi

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.